adalah masa segar untuk suatu pertumbuhan
masih terbayang dalam ingatan ayah,
saat kamu belum pandai berjalan, saat itu kita sering adu balap merangkak,
kadang ayah menang, tetapi lebih sering kamu yang menjuarai balap merangkak itu.
Kamu tertawa begitu riang di ujung finish, sementara ayah masih beberapa langkah untuk mencapainya, Dan hadiahnya bagi sang juara adalah naik kuda mengelilingi ruangan. Kamu begitu bersemangat dan melonjak-lonjak di punggung ayah, seolah-olah engkau seorang joki yang paling hebat sedunia.
Atau saat bermain pesawat terbang, dengan berbaring di atas bantal sementara ayah menopang bantal sambil berjalan berputar keliling, kedua tanganmu terjulur ke samping seolah sepasang sayap dan dari mulut kecilmu mengeluarkan bunyi menderu-deru menirukan suara pesawat, sebentar berganti suara, ayo ! ayah terbangnya yang tinggi, lebih cepat lagi terbangnya. Setelah sekian lama menjelajahi angkasa, menembus awan dan langit, Ayo turun! Akhirnya pesawat mendarat, mau isi bahan bakar dahulu, sebotol susu tandas dalam beberapa kali sedotan, sementara ayah merasakan tangannya begitu pegal, rupanya berat tubuhmu makin bertambah.
Permainan berakhir setelah ayah kelelahan dan kamu mengantuk karena kecapean.
Dwi windu,
Itu adalah sekelumit peristiwa di awal kehidupanmu, kamu tidak akan mengingat kejadian itu, karena saat itu engkau masih kecil. Ayah mengisahkan hal ini untuk mengingatkan kembali bahwa kehidupanmu di masa kecil penuh dengan limpahan kasih sayang dan kebahagiaan. Perhatian yang ditumpahkan kepadamu mengisi sebagian besar kehidupan keluarga ini. Apalagi Ibu, apa yang Ibu lakukan untukmu ? Ayah mungkin lupa, tidak dapat bercerita tentang ibu dan kamu saat kamu kecil. Yang dapat ayah sampaikan adalah bahwa seluruh kehidupannya diabadikan untuk menjaga, merawat, mendidik, dan membesarkanmu. Dia adalah orang yang paling besar jasanya hingga engkau seperti saat ini. Ia adalah orang yang pertama dan utama yang harus kau hormati, kau sayangi dan mencintainya sepenuh hatimu. Jangan lupakan pesan itu !
Dwi windu,
windu digunakan oleh orang jawa untuk mengukur suatu masa, dwi windu adalah dua kali delapan tahun.
Apa yang telah engkau telah tempuh semasa bayi hingga usia dua windu adalah anugerah dari Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Syukurilah semua apa yang telah kau peroleh. Dengan bersyukur, maka Allah Subhanallah Ta’ala akan melipatgandakan nikmat-Nya atasmu. Tetaplah jaga ibadah sholatmu, isi harimu dengan penuh dzikir kepada-Nya, rajinlah bertilawah Al Qur’an, benamkan Kalamullah ke dalam qolbumu.
Dwi windu,
Saat itu, tahun 1995 di bulan Agustus, ayah akan tugas training ke Singapore selama dua pekan. Ibu, kamu dan ade serta eyang kakung ikut mengantar di bandara Soekarno Hatta. Setelah menunggu saat keberangkatan, kamu dan ade begitu bergembira, bermain, berlarian di ruang tunggu, melihat-lihat pesawat terbang, berceloteh mengenai pesawat terbang dan sebagainya. Tibalah saat berpamitan, jadwal keberangkatan tiba.. Ayah berpamitan dengan Eyang, dengan Ibu dan si kecil Ade. Saat Ayah berpamitan denganmu, kamu tidak mau, rupanya kamu mulai menyadari bahwa ayah akan pergi meninggalkanmu. Dengan isak tangis, kamu memeluk ayah erat-erat, tidak mau ditinggal. Jika kamu mulai menyadari akan ditinggal ayah itu membuatmu sedih, saat itu pula ayah menyadari arti sebagai seorang ayah, begitu sedih melihat anaknya menangis, begitu berat untuk jauh dari anak-anaknya, walau hanya untuk dua pekan, tanpa terasa air mata ini mengembang. Akhirnya dengan berat kamu pun rela melepaskan pelukan, setelah ibu membujukmu. Ayah pun pergi dengan perasaan yang lebih berarti, sebagai seorang ayah.
Dwi windu,
Ayah banyak mendengar cerita dari Ibu mengenai sepak terjangmu di tengah teman-teman sekolahmu saat di sekolah dasar. Cerita, bagaimana kamu suka menolong teman-teman yang tengah kesulitan, baik dalam mengerjakan PR atau memahami pelajaran sekolah, tetapi kamu sangat tegas terhadap temanmu yang mencontek. Di luar kelaspun dapat memimpin teman-teman, melerai teman yang berkelahi dan mengajak mereka ke arah kebaikan. Dan yang lebih mengagumkan lagi, kamu menjadi titik sentral di antara teman-temanu, dijadikan contoh panutan oleh guru bahkan orang tua teman-temanmu.
Dwi windu,
Semua cerita itu yang Ibu tuturkan kepada ayah. Hal itu sudah membuat ayah berharu biru, bangga terhadapmu, apalagi ayah menyaksikannya sendiri.
Saat itu, ayah ikut serta dalam acara pembekalan murid kelas enam yang akan lulus dan meninggalkan bangku sekolah dasar di Sukabumi – Internat Al Kautsar. Pada permainan outbound, masing-masing anak sudah dibagi dalam beberapa kelompok. Di permainan memanjat jaring, sementara kalian menunggu giliran untuk menaiki jaring, ayah duduk berdampingan dengan pak Idup seorang fotographer yang diminta meliput acara kalian di pinggir tempat permainan, memperhatikan dan mengamati kalian bermain. Dari situ ayah melihat bagaimana kamu dapat memimpin, mengatur teman-temanmu dalam permainan panjat jaring dengan terorganisir dengan baik. Semua mendapat giliran sesuai dengan haknya, masing-masing temanmu merasa puas dengan aturan yang kamu terapkan dan yang luar biasanya mereka mematuhi aturan yang kamu buat. Saat temanmu melakukan yang berbenturan dengan teman lainnya, selalu meminta pertimbangan padamu untuk melakukan tindakannya. Inilah yang membuat ayah kagum sekaligus terharu, dalam seusia itu kamu memiliki pengaruh yang besar di antara teman-teman. Sampai-sampai ayah menundukan muka saat pak Idup menanyakan, pak anak itu siapa ? itu anak saya, jawab ayah.
Dwi windu,
Sesungguhanya ayah dan ibu sangat bersyukur kepada Allah Subhanallah Ta’ala dikarunia anak yang begitu membanggakan dan membahagiakan. Bangga atas prestasi yang telah dicapainya, mulai dari taman kanak-kanak hingga di sekolah menengah atas. Bahagia karena kamu tampil sebagai pribadi lurus, jujur, santun terhadap orang tua dan yang lebih tua, sopan kepada sesamanya, dan mengayomi yang lebih muda.
Anakku, usia yang dikaruniakan Allah kepada kita adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hari akhir kelak. Oleh karena itu pergunakan masa mudamu untuk sebanyak-banyak menimba ilmu, meraih pengalaman, mempersembahkan yang terbaik yang kita miliki kepada Allah dan Rosul-Nya serta memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya kepada orang lain.
Perhatikanlah langkahmu, jauhkan ayunan kakimu dari kesombongan, ulurkan tanganmu untuk menolong sesama, lapangkan dadamu untuk menerima pendapat orang lain yang berbeda. Cobaan dan tantangan hidup menjadikan kita kuat, persoalan demi persoalan hidup yang dihadapi menjadikan kita lebih bijaksana.
Seekor ulat harus berjuang keras untuk keluar dari kepompongnya agar dapat menjadi kupu-kupu yang indah warnanya.
Selamat ulang tahun anakku, semoga Allah Subhanallah Ta’ala memberkahi usiamu, menjadikanmu anak yang sholehah, bahagia di kehidupan dunia dan akhiratmu dan mengampuni dosa-dosa dan mencurahkan rahmat-Nya untuk kita semua amien.
Depok, 3 Maret 2008,
dwi windu kelahiran anak kami tercinta.
Ayah dan Ibu
No comments:
Post a Comment