Saturday, February 13, 2010

Musik Sinetron yang Terabaikan

Dapet tugas bikin esai, dikumpulin Jumat pagi tadi. Karena emang udah lama terusik sama sinetron Indonesia, pengen bikin artikel tentang sinetron. Tadinya mau ngomongin soal tema, tapi kayaknya urusannya bakal panjang padahal tenggat waktunya sempit banget. Jadi akhirnya banting setir ngomongin soal musiknya deh. Ini murni hasil pemikiran dan pengamatan gue selama ini, nggak pake acara nyari bahan apapun. Correct me if you find anything wrong, but do not bash. Take out with full credit okay :D
 
Musik Sinetron yang Terabaikan

Unsur musik dalam sebuah film maupun sinetron sesungguhnya memiliki peran lebih dari sekedar pelengkap. Musik, dalam hal ini meliputi lagu pembuka dan penutup film/sinetron, berperan penting dalam pembentukan kesan pertama terhadap film/sinetron tersebut. Selain potongan-potongan adegan dalam iklan, musik yang mengiringi iklan tersebut turut menjadi faktor yang menumbuhkan rasa tertarik dan penasaran. Tidak sedikit orang yang memutuskan untuk menonton sebuah film/sinetron karena menyukai lagunya, contohnya pada film Alexandria yang soundtracknya dinyanyikan oleh Peterpan.

Sebuah film/sinetron juga membutuhkan lagu latar dan musik latar untuk mendukung suasana yang dibangun. Tanpa lagu latar dan musik latar, dialog akan terasa datar dan kaku. Bahkan suasana-suasana tertentu dapat diciptakan hanya melalui musik latar, tanpa dialog.

Sayang, para pembuat sinetron Indonesia sekarang kurang memberi perhatian khusus kepada unsur musik. Hampir semua sinetron hanya memiliki satu lagu tema yang dijadikan lagu pembuka sekaligus penutup dan tidak punya lagu latar lain. Pemilihan lagu tema pun terlihat sekedar ‘comot’ dari lagu-lagu yang telah populer di masyarakat, sehingga tidak jarang antara lirik lagu tema dengan tema maupun cerita sinetron tersebut tidak memiliki kecocokan.

Hal yang lebih parah terjadi pada musik latar. Banyak sinetron yang menempatkan musik latar yang salah pada waktu yang salah, sehingga bukannya membangun suasana, musik latar tersebut justru menghancurkan suasana yang telah dibangun oleh dialog. Musik latar yang dipasang pun seringkali terlalu keras dan menutupi dialog yang sedang berlangsung. Di samping itu, jika kita perhatikan dengan teliti, kebanyakan sinetron mempunyai musik latar yang sama. Untuk adegan tegang misalnya, sinetron Cincin, Intan, dan Cahaya memiliki musik latar yang sama.

Kenyataan ini tentu amat disayangkan. Para produser dan sutradara sinetron Indonesia selayaknya memberikan perhatian dan menggarap serius unsur penting yang terlihat sepele ini. Lagu tema sinetron sebaiknya memang dibuat khusus untuk sinetron itu agar liriknya betul-betul mengena dengan jalan ceritanya. Begitu pula dengan musik latarnya. Agaknya, produser dan sutradara sinetron Indonesia perlu belajar dari sinetron Korea. Di Korea, semua sinetronnya memiliki album soundtrack yang berisi rata-rata 14-20 lagu, terdiri dari sekitar 6-10 lagu latar (termasuk lagu tema) dan sisanya musik latar. Bersamaan dengan penayangan sinetronnya di televisi, album soundtracknya dilepas ke pasar. Tidak sedikit lagu tema sinetron Korea kemudian menjadi hits, meraih popularitas melebihi popularitas sinetronnya sendiri, seperti lagu Sweet Dreams (Jang Nara). Banyak orang termasuk orang Indonesia yang memiliki lagu tersebut sebagai nada dering di handphonenya tanpa tahu bahwa itu adalah soundtrack sinetron My Love Patzzi.

Sudah saatnya musik pengiring sinetron Indonesia dibenahi. Musik pengiring bukan hanya sebuah pelengkap apalagi tempelan. Musik pengiring adalah salah satu unsur penting yang menunjang keberhasilan sebuah sinetron. Dengan musik pengiring yang tepat, sebuah sinetron akan dikenang lebih lama.


No comments:

Post a Comment