It took lots of things so I can be where I am now--not that it required the best requirements, but it required the best courage I have.
Bahwa pada akhirnya saya punya keberanian untuk mengejar apa yang dulu saya kubur dalam-dalam, buang jauh-jauh dari pikiran dan hati saya. Saya akhirnya merasakan bagaimana rasanya memainkan chip saya dan mengabaikan pendapat orang lain yang tak pernah benar-benar memahami apa itu chip saya.
Saya hidup lagi, bukan demi memenuhi kewajiban semata.
Maka saya tidak akan membiarkan apapun merenggutnya dari saya. Saya akan melindunginya, meskipun harus berseberangan dengan Anda sekalian, meskipun harus dicap egois--terserah Anda sekalian mau melabeli saya apa.
Tetapi melindungi chip saya bukanlah egois. Ini adalah bentuk pertanggungjawaban saya kepada Sang Pemberi Kehidupan: bahwa saya mengerahkan yang terbaik dari diri saya untuk mengejar impian itu.
Mungkin di mata Anda sekalian saya egois karena saya bisa tetapi tidak mau membantu Anda sekalian--tetapi hidup saya singkat, Nona-Nona (dan Tuan) sekalian. Saya bahkan sangsi apakah saya mampu mewujudkan impian-impian saya tepat pada waktunya. Tentu saya harus membuat prioritas--seperti apa yang (seharusnya) Anda sekalian juga lakukan.
Terlebih lagi, saya tidak ingin menghabiskan waktu mengurus sesuatu yang tidak mau diurus. Yang alih-alih berterima kasih karena ada yang telah merelakan bersusah payah mau mengurus, justru mencela dan terus menerus menghambat dan menambah pekerjaan. Oh, tidak, saya pun sekarang masih memiliki setumpuk persiapan mengejar impian yang belum saya sentuh.
Maka, Nona-Nona (dan Tuan) sekalian. Lakum diinukum waliyadiin.
No comments:
Post a Comment