Setelah bermalas-malasan selama libur panjang 5 hari, akhirnya kemarin (10/3) gue balik lagi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, gue disambut dengan berita mengejutkan yang sangat menyedihkan: seorang kakak kelas, Rahadian Ariftama (XII IPA 7), meninggal dunia Senin, 9 Maret 2009 sekitar jam 1 siang.
Gue nggak kenal sama sekali sama Kak Tama, bahkan tahu orangnya yang mana pun nggak. Tapi gue jadi amat-sangat shock mendengar penyebab meninggalnya Kak Tama. Dia sakit tifus parah. Ya ampun, tifus bisa merenggut nyawa orang?
Jadi menurut cerita dari beberapa guru dan banyak teman-teman gue, Kak Tama itu orangnya senang berolahraga dan sangat aktif, tapi sering suka lupa makan. Beberapa bulan yang lalu Kak Tama pernah menderita tifus. Belum sembuh banget, dia udah maksain sekolah lagi. Maklum aja, dia udah kelas XII, lagi banyak-banyaknya tugas-ujian-try out-dan lain sebagainya. Ditambah lagi sekolah gue itu tidak-berpihak-sama-sekali-pada-orang-yang-nggak-masuk-sekolah. Berhubung Kak Tama itu orangnya rajin dan kepengen banget masuk UI, jadilah ia memaksakan diri untuk sekolah. Sayangnya, tubuh Kak Tama nggak mendukung keinginan hatinya. Konon Kak Tama beberapa kali ambruk lagi sampai terakhir dirawat di RS Tebet akhir Februari kemarin.
Tapi, karena SIMAK UI digelar 1 Maret yang lalu, Kak Tama pun memaksa untuk ikut ujian. Padahal, orang tua dan guru-gurunya sudah melarang. Namun tetap saja Kak Tama pergi ujian. Akhirnya pergilah ia didampingi orang tuanya ke tempat ujian. Jam 10 pagi, guru-gurunya menyuruh Kak Tama pulang, tapi ia bersikeras mengikuti seluruh rangkaian ujian hingga jam 1 siang. Setelah ujian usai, ia kembali ke RS dan langsung masuk UGD. Malamnya, Kak Tama koma. 8 hari kemudian, ia pun menghembuskan napas terakhir. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun.
Apa hubungannya kisah Kak Tama dengan gue?
Buat gue, ini adalah sebuah tamparan keras. Kemarin-kemarin kan gue asyik 'menyiksa diri' dengan ogah makan. Nah, gara-gara kisah Kak Tama, gue nggak berani sama sekali untuk nggak makan normal. Gue kembali makan teratur dengan porsi cukup.
Mengingat kisah ini, gue terus menerus mengagumi caraNya untuk mengingatkan hambaNya. Gue bersyukur Dia segera mengingatkan gue sebelum gue sendiri mengalami hal yang sama dengan Kak Tama.