Friday, December 19, 2008

"Honestly I Enjoy It"

Masih tentang Sera dan akang Vino. This is the complete version of what supposed to be happened when I forwarded Sera's message to him


So, seperti yang sudah diceritakan sebelumnya, gue meneruskan pertanyaan "Kenapa Vino nggak menghindar dari gue?" ke orangnya langsung. For my surprise, ternyata dia masih ada di sekolah dan dia nyamperin gue khusus untuk menjawab pertanyaan itu. Kebetulan gue lagi ada di kelas. Dia trus duduk di kursi di sebelah gue.


"Jadi, kenapa?"


"Bingung juga sih jawabnya..."


"Payah ah, ini kan perasaan lo sendiri, masa gak tau?"

"Gimana yaa ngejelasinnya..." Vino garuk-garuk kepala. "Well, gini deh. Lo tau kisah-masa-lalu-yang-menyebalkan itu kan?"


Gue ngangguk-ngangguk. Yeah, kisah-cinta-bertepuk-sebelah-tangan seorang cewek ke Vino, who is the person he hates the most in this universe, yang sialnya tuh cewek selalu sekelas sama Vino selama di junior high. Lagian, siapa sih yang nggak tau kisah itu? hehehe


"Nah, kalo ini kebalikannya dari itu."


Nah lho, gantian gue yang garuk-garuk kepala. "Maksud lo? Gue gak ngerti."


"Yaa... Kalo dulu kan gue benci banget sama *nama disensor, tidak baik untuk kesehatan*. Gue kesel, kok dia sih yang suka sama gue? That's why I always avoid her. Nah, kalo Sera, kebalikannya."


"I still don't get what you mean."


"Honestly I enjoy it."


Mendadak gue ngerasa membutuhkan cotton buds. "W-W-WHAT???" I almost screamed. "You're not saying that you enjoy she likes you, that you like her feeling to you, are you?"


"Well, you can say it that way..." Dan dia tersipu! Dia tersenyum! Juga nggak lupa masang tampang senang bercampur malu!


AWWW. Gue nggak bisa ngebayangin setinggi apa Sera akan terbang seandainya dia mendengar perkataan Vino barusan. Mungkin dia bakal sampai ke langit ke tujuh dan nggak mau balik-balik lagi ke bumi. Mungkin dia nggak akan bisa berhenti senyum dan cengar-cengir selama at least seminggu ke depan. Yang jelas, Sera pasti jingkrak-jingkrak bahagia.


Perkataan Vino selanjutnya bikin gue berhenti mengkhayalkan reaksi Sera.


"Tapi gue jadi gak enak sama Golek." Muka Vino jadi muram. Senyumnya hilang.


Mood gue mendadak agak sedikit jelek denger nama Golek. "Why?"


"Yaah... Abisnya gue liat selama ini Golek ngikutin Sera ke mana aja... Kayaknya dia lagi pedekate sama Sera ya?"


Gue mendengus sebel.


"Gue gak enak aja kalo ternyata Sera suka sama gue, padahal Golek lagi ngejar-ngejar dia. Biar gimana, Golek kan temen gue juga."


"Just forget about him. He made her suffered much, and she even cried because of it."


"HE MADE HER CRIED??? REALLY???" Suara Vino mendadak meninggi. "What did he do to her?" Tampangnya shock dan... sepertinya gue melihat setitik kemarahan di matanya.


"Lo tau lah, Golek kan ngintilin Sera setiap waktu. Dan herannya dia selalu berhasil bikin Sera terpaksa harus bareng dia, such as dia berhasil bikin Sera nungguin dia pulang karena pas istirahat siang Golek nitipin kunci motor dan lupa ngambil. Waktu pulang, Golek ada jam-belajar-ekstra. Sera yang baru nyadar tuh kunci masih ada di kantongnya pas Golek udah ada di ruang pelajaran-ekstra, akhirnya harus nungguin Golek. Dan waktu Golek keluar, udah lumayan sore, angkot udah jarang, jadi yaa terpaksa deh Sera dianterin Golek."


"Segitu ngototnya tuh orang."


"Karena peristiwa itu dan banyak peristiwa serupa-walau-nggak-persis lainnya, people started to think they must have a special relationship. That was exactly Golek wanted; he wanted people to think like that, walau sebenernya nggak ada apa-apa di antara mereka."


"Sial juga si Golek."


"Parahnya, seorang cewek di kelas mereka berdua bilang, 'Ih si Sera, pake jilbab juga, kelakuannya gitu. Duh, jangan sampe ya citra Rohis tercemar gara-gara Sera.' Perkataan itu ternyata sampe ke kuping Sera, dan dia nangis."


"When was it?"


"Few days ago. Don't worry, she's already fine right now."


"Well... that's good." Vino menarik napas lega.


I was curious, why did he show that kind of relieve expression?


"Gue seneng kalo akhirnya Sera bisa bebas dari Golek. Sebel aja kalo ngeliat Sera dibuntutin terus sama Golek, kayak apaan aja."


Toing. Kok? "Why?"


"Nggak tau... Nggak suka aja ngeliatnya. Rasanya gimanaaa gitu..."


EEEEHHHHH..... "Gimana gimana?"


"Ya... nggak tau, kayaknya nggak enak aja ngeliat Golek di deket Sera... Heh, jangan mikir yang macem-macem lo!" teriak Vino melihat ada cengiran nangkring di wajah gue.


"Kok lo nggak suka kalo Golek ada di deket Sera?" tanya gue menyelidik.


"Nggak, nggak kenapa-kenapa... Apaan sih lo!" Vino tertawa salah tingkah.


"Jadi lo nggak suka kalo ngeliat Sera di deket Golek, ngg... bukan, di deket cowok lain?" gue menyeringai jahil.


"Iiih, nggak, nggak! Apaan sih!" Vino berdiri. Tawanya makin deras.


"Kalo lo nggak suka juga nggak apa-apa. Sera pasti malah seneng." ucap gue ke Vino di depan pintu kelas, trus pergi duluan.


Dari jauh, gue masih bisa denger suara tawa Vino yang masih berdiri di depan pintu kelas.



P.S. This post contains 70% fiction and 30% fact

No comments:

Post a Comment