Saturday, November 20, 2010

맹부 상천 지교, Father and Son: The Story of Mencius







맹부 상천 지교, alias Father and Son: The Story of Mencius, adalah film Korea produksi 2004, udah lumayan jadul. Film ini diputar di kelas Pengantar Kebudayaan Korea-nya Pak Zaini beberapa minggu yang lalu, dan gue dikasih tugas menuliskan apa yang gue dapet dari film ini. Karena gue ngerasa isi filmnya bagus banget, gue memutuskan untuk memposting tugas gue :D WARNING, THIS IS ALMOST SPOILER!

-------------------------------------------------------------------------



Maeng Mansu, tokoh utama film ini, adalah seorang single parent. Ia memiliki seorang putra yang duduk di sekolah menengah atas bernama Maeng Sasung. Mansu sangat menyayangi putranya dan bertekad bahwa Sasung harus kuliah di Seoul National University karena menurutnya, pendidikan terbaik ada di sana. Menurut Mansu, jika Sasung kuliah di SNU, Sasung akan punya peluang lebih besar untuk sukses dan memiliki penghidupan yang lebih baik.

Bagi Mansu, yang terpenting dalam hidupnya adalah Sasung. Ia akan marah jika ada yang menghina putranya, seperti yang ditunjukkan oleh adegan pembuka film ini. Ia bertengkar dan mengusir wanita yang hendak membeli ikan di kiosnya karena wanita tersebut menghina anaknya. Di atas segalanya, Mansu beranggapan bahwa Sasung harus kuliah di SNU apapun yang terjadi. Ketika Sasung pingsan dan mimisan di sekolah karena kelelahan, Mansu kemudian memutuskan untuk pindah ke Gangnam yang letaknya lebih dekat dengan SNU (sehingga kalau menurut 1 km rule, peluang untuk masuk SNU lebih besar). Padahal sebenarnya saat itu Mansu tidak punya uang sehingga terpaksa harus meminjam ke rentenir. Temannya Mansu yang sering meminjami uang pun telah memperingatkan bahwa tindakannya berisiko dan rentenir itu orangnya kejam.

Di gedung apartemennya yang baru, Mansu mempunyai tetangga bernama Hyunjung. Hyunjung ternyata teman sekelas Sasung di sekolah barunya. Hyunjung memiliki paman, Choi Kangdoo, yang ikut tinggal di apartemennya. Pamannya itu seorang kkangpae dan memiliki tiga orang anak buah yang juga tinggal di apartemen Hyunjung.

Pada awalnya, Mansu mencoba menjadi tetangga yang baik dengan mengirimkan makanan ke apartemen Hyunjung yang diterima oleh anak buah Choi Kangdoo. Akan tetapi, Mansu kemudian berbalik membenci Kangdoo dan anak buahnya karena tindakan-tindakan mereka membuat Sasung tidak bisa belajar. Kangdoo dan anak buahnya berkaraoke keras-keras, membuat semua ibu-ibu tetangganya menyambangi apartemen mereka. Hanya saja, begitu Mansu berkata bahwa Kangdoo adalah kkangpae yang jahat dan bengis, para ibu tersebut membubarkan diri.

Mansu lalu memimpin gerakan ibu-ibu menentang keberadaan kkangpae di lingkungan mereka dan menuntut Kangdoo dkk untuk pindah. Secara tidak sengaja, Kangdoo mendengar bahwa ibu-ibu tersebut juga sedang memprotes pembangunan motel di sekitar lingkungan apartemen mereka. Kangdoo dan anak buahnya kemudian menggagalkan pembangunan motel tersebut. Segera saja, Kangdoo dianggap sebagai pahlawan dan ibu-ibu tersebut melupakan apa yang mereka perjuangkan dengan Mansu. Ketika anak buah Kangdoo berkata bahwa kali itu mereka melakukannya dengan fair and square, tidak menggunakan pukulan dan pisau, Hyunjung mencibir.

Mansu marah karena tidak berhasil mengusir Kangdoo. Di saat itu, ia mengetahui Sasung mendapatkan nilai yang jelek. Ketika sedang memukuli Sasung atas nilai jeleknya itu, Hyunjung menelepon dan salah mengira Mansu sebagai Sasung. Hyunjung menyebut dirinya sebagai ‘istri Sasung’. Mengetahui Sasung pacaran, Mansu mengamuk dan hendak menghancurkan laptop yang biasa digunakan Sasung. Tanpa sengaja, ia mengetahui bahwa Sasung berpacaran dengan Hyunjung. Mansu shock.

Beberapa hari setelahnya, Hyunjung berulang tahun. Kangdoo dan anak buahnya mempersiapkan pesta perayaan di apartemen mereka, namun Hyunjung yang ditunggu tidak kunjung pulang. Hyunjung justru pergi merayakan ulang tahunnya bersama Sasung dengan minum-minum. Hyunjung dan Sasung pulang larut malam dengan keadaan Hyunjung mabuk berat.

Kangdoo merawat Hyunjung yang sedang mabuk. Saat hendak menggantikan pakaian Hyunjung, Hyunjung muntah di tangan Kangdoo. Kangdoo tidak merasa jijik, tetapi Hyunjung kemudian berkata kalau Kangdoo lebih buruk daripada fishmonger. Anak buah Kangdoo berkomentar bahwa Hyunjung tidak menyadari betapa Kangdoo dan anak buahnya sangat menyayangi Hyunjung.

Keesokan harinya, Mansu ditagih oleh rentenir yang meminjaminya uang untuk pindah rumah. Karena Mansu tidak mampu melunasi utangnya, ia memberikan surat kepemilikan kiosnya dengan syarat, si rentenir harus membunuh Kangdoo. Hanya saja, Kangdoo dan anak buahnya terlalu kuat bagi rentenir dan pengikutnya. Begitu Kangdoo tahu kalau si rentenir disuruh oleh Mansu, Kangdoo balik menyuruh rentenir agar menghabisi Mansu.

Kangdoo hendak menjemput Hyunjung sepulang sekolah karena hari hujan. Tetapi ia justru memergoki Hyunjung pulang bersama Sasung. Kangdoo marah. Ia berkata Hyunjung telah membuat keputusan yang salah berpacaran dengan Sasung dan ia akan menyesalinya. Mendengar hal itu, Hyunjung balik marah dan meninggalkan Kangdoo.

Sesampainya di rumah, Sasung tidak bisa menemukan Mansu. Menduga Kangdoo pasti tahu sesuatu, Sasung memohon pada Kangdoo agar mencarikan ayahnya. Kangdoo dan anak buahnya berpura-pura tidak tahu. Hyunjung juga ikut memohon pada Kangdoo, tetapi Kangdoo tetap tak bergeming. Akhirnya Hyunjung menawarkan diri untuk melakukan pertukaran. Jika Kangdoo mau menunjukkan di mana Mansu berada, Hyunjung mau memanggil Kangdoo dengan sebutan “ayah”.

Rupanya, si rentenir itu mengubur Mansu hidup-hidup. Begitu diantarkan kembali ke gedung apartemennya, Mansu mencari Kangdoo dan berkelahi di tempat parkir sampai masing-masing babak belur dan kehabisan tenaga. Keduanya lalu pergi minum arak bersama.

Kangdoo bercerita bahwa sesungguhnya Hyunjung adalah putrinya dari teman kencannya. Dulu, teman kencannya menyerahkan Hyunjung kepada Kangdoo. Karena saat masih muda Kangdoo aktif sebagai kkangpae dan dinilai tidak mampu mengurus anak, maka kakaknya mengadopsi Hyunjung. Mansu ganti bercerita kalau pasca kematian istrinya dulu, kerjaannya hanya mabuk-mabukan sepanjang hari. Ia menelantarkan Sasung kecil sampai Sasung kurus kering. Ketika ia sadar dari mabuknya, tekad Mansu agar Sasung kuliah di SNU tumbuh. Demi mewujudkannya, ia berhemat sehingga jika ingin minum arak, Mansu selalu mencampurnya dengan susu. Ketika sedang bercerita, tiba-tiba Mansu pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

Di saat bersamaan, Sasung juga dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan saat rehearsal. Ia tersengat listrik ketika sedang menyanyi. Mansu tidak bisa menerima kenyataan Sasung diam-diam tetap menyanyi di belakangnya. Sejak kecil, Sasung jago bernyanyi dan pernah ada yang meramalkan Sasung akan menjadi penyanyi terkenal. Namun, Mansu tidak mengizinkan Sasung bernyanyi karena yang terpenting baginya adalah Sasung harus kuliah di SNU. Padahal sebenarnya Mansu sendiri dulu senang karaokean.

Menurut Mansu, keinginannya agar Sasung masuk SNU itu berdasarkan permintaan istrinya sebelum meninggal. Padahal, sesungguhnya saat upacara doljabi dulu, Sasung telah memilih mikrofon, menandakan ia akan menjadi penyanyi. Melihat itu, ibunya hanya berkata ia berharap Sasung akan tumbuh dengan sehat.

Sementara itu, Kangdoo merasa dirinya tidak akan bisa merawat Hyunjung dengan baik. Ia memutuskan untuk mengirim Hyunjung tinggal di luar negeri bersama ibu kandung Hyunjung. Hyunjung mendengar percakapan Kangdoo itu telepon, tiba-tiba menangis.

Setelah keluar dari rumah sakit, Mansu kembali bekerja di kiosnya. Hyunjung dan Kangdoo mendatangi Mansu di kiosnya. Kangdoo berkata mereka akan segera pindah sehingga Mansu bisa tinggal dengan tenang. Hyunjung menyerahkan tiket konser Sasung dan meminta agar Mansu datang untuk mendukung Sasung.

Sebelum mulai bernyanyi, Sasung berkata bahwa ini adalah konser pertama dan terakhirnya. Lagu yang ia nyanyikan rupanya adalah lagu yang ia buat untuk ayahnya. Di tengah-tengah lagu, Mansu tiba-tiba datang. Sasung terkejut, menangis, dan tidak bisa melanjutkan bernyanyi.

Beberapa waktu kemudian, Sasung dan Hyunjung berkomunikasi lewat video chatting. Hyunjung kini tinggal di Kanada bersama Kangdoo dan anak buahnya. Kangdoo berhenti menjadi kkangpae dan membuka usaha kios ikan seperti yang dilakukan Mansu dulu. Sasung sedang bersiap-siap menghadapi tes Pre-SAT. Ia akan melanjutkan kuliah ke jurusan musik, bukan ke SNU lagi. Sedangkan Mansu kembali hobi karaokean. Teman Mansu yang dulu sering meminjami Mansu uang kini juga pindah ke apartemen seberang Mansu dengan alasan yang sama dengan Mansu dulu. Sekarang keadaannya seolah terbalik: teman Mansu berada di posisi Mansu dulu, sedangkan Mansu ada di posisi Kangdoo.

Ada beberapa hal yang menarik dan bisa dijadikan pelajaran dalam film ini. Pertama, budaya memberi makan kepada tetangga yang ditunjukkan oleh Mansu. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari perhatian kepada tetangga yang adalah bagian dari ajaran Mensius. Kesetiakawanan ditunjukkan oleh karakter teman Mansu yang sering meminjami uang. Walaupun dengan mengomel, ia tetap membantu menjagakan kios Mansu tiap kali Mansu tiba-tiba pergi.

Selain itu, di film ini juga diperlihatkan betapa orang tua (yang diwakili oleh Mansu dan Kangdoo) sangat menyayangi anaknya, terlepas dari bagaimana mereka menunjukkan kasih sayang mereka. Mansu nampak seperti ayah yang tidak demokratis dan memaksakan kehendaknya agar Sasung kuliah di SNU, tetapi itu semua ia lakukan demi yang terbaik untuk Sasung dalam pandangannya. Anak terkadang tidak menyadari betapa orang tua menyayanginya, seperti Hyunjung yang tidak menyadari bahwa Kangdoo dan anak buahnya sangat menyayanginya.

Orang tua akan melakukan apa saja demi anaknya. Mansu rela meminjam uang kepada rentenir, berkelahi dengan Kangdoo dan anak buahnya, semua ia lakukan demi Sasung. Kangdoo dan anak buahnya demi Hyunjung pun rela berhenti menjadi kkangpae dan mencari pekerjaan yang ‘normal’. Meskipun begitu, di film ini juga digambarkan bahwa betapapun kerasnya orang tua berusaha, mereka tidak bisa memaksakan kehendak pada anaknya. Sekeras apapun Mansu melarang Sasung menyanyi (saat kecil Sasung bahkan dilempari ketika bernyanyi) dan memaksanya belajar, Sasung tetap tidak mendapatkan nilai yang terbaik karena keinginan kuat untuk kuliah di SNU bukan berasal dari dirinya, dan justru diam-diam tetap bernyanyi.

Walaupun terkesan berlebihan, film ini cukup menggambarkan bagaimana orang Korea ‘senang’ sekali memukul kepala orang. Untuk mendiamkan Sasung kecil, misalnya, Mansu melemparinya dengan balok kayu kecil. Untuk melerai muridnya pun, guru Hyunjung memukul kepala sang murid.

Secara keseluruhan, film ini tidak hanya berhasil menghibur penontonnya, tetapi juga berhasil menyampaikan pesannya dengan baik.


2 comments:

  1. sama dong kak, aku juga nonton film ini pas pelajarannya pakzai hihihi XDXD

    ReplyDelete
  2. pak zai .. pak zaini kahh:D dosen keb.korea xD

    ReplyDelete