Thursday, August 4, 2011

"Namjanya berapa?" "Ada namja yang cakep gak?"

Itu adalah dua pertanyaan paling standar yang pasti akan diajukan pada semua mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Korea UI, terutama kepada mahasiswa baru. Dua pertanyaan tersebut tentu dilontarkan hanya oleh para mahasiswa Sastra Korea angkatan-angkatan atas --karena kalo yang nanya orang lain, pertanyaannya berubah jadi "Sastra Korea cowoknya ada berapa?"

Sebenarnya itu pertanyaan yang sangat wajar ya, tolong garis bawahi dan bold dan italic juga. Soalnya kan Sastra Korea terkenal seantero UI sebagai jurusan dimana laki-laki adalah spesies super langka. Dan mempertimbangkan fakta bahwa hampir 80% di Sastra Korea adalah mahasiswi, bukan hal yang aneh dong kalo mereka tertarik mengetahui berapa banyak lawan jenisnya yang akan mencoba peruntungan (atau mungkin terjerembab -,-) di dunia antah berantah ini.

Tapi semua itu jelas bukan justifikasi sehingga para penyandang kromosom XY itu bisa dapat perlakuan istimewa dong. Apalagi kalau kebetulan penyandang kromosom XY tersebut juga sekaligus bergelar 'wajah di atas rata-rata'.

Ini mungkin cuma pendapat sepihak saya saja. Tapi kayaknya bukan saya saja deh yang berpendapat kalau sesama penyandang status 인도네시아대 한국학과 학생 ada yang suka memberlakukan different treatment kepada para so-called 잘 생긴 itu. Memang bukan pada masalah-masalah besar sih.. Paling cuma kalo latihan PK dia duduk di lingkaran yang berbeda, lebih banyak diajak ngobrol dengan nada yang menyenangkan...

Oke. It is human nature.


But it's not fun at all.

No comments:

Post a Comment