Tuesday, May 28, 2013

Bahasa Korea masuk SMA?

Berbahagialah, anak-anak SMA dan SMK, karena bahasa Korea akan masuk ke kurikulum kalian.

Beberapa bulan lalu, ketika sedang menjadi interpreter untuk pameran pendidikan, saya mendengar kabar kalau bahasa Korea akan masuk kurikulum SMA dan SMK. Dinas Pendidikan (saat itu) masih sibuk rapat dengan berbagai pihak sana-sini baik pihak Indonesia maupun pihak Korea (dan saya sempat lihat beberapa dosen saya juga). Saya pernah coba kroscek ke salah satu orang IKCS mengenai hal ini, bahkan ternyata beliau termasuk orang yang membuat silabusnya.

Waktu itu yang terlintas di benak saya adalah, "Mengapa bahasa Korea bisa sampai masuk kurikulum? Siapa yang memutuskan? Atas dasar apa? Ada cerita apa di balik keputusan tersebut?" Alasan yang pasti akan pertama kali dikemukakan adalah "Karena Korea sedang booming di Indonesia, baik KPop maupun perusahaan-perusahaan Korea, dan sedang berlangsung banyak sekali kerja sama antara Indonesia dan Korea." Saya setuju dengan alasan tersebut, karena itu juga motivasi utama saya memilih jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea tiga tahun lalu. Akan tetapi, saya yakin pasti masih ada banyak sekali cerita yang seru di balik munculnya keputusan ini, segala macam tarik ulur kepentingan--tapi sudahlah, mari kita tidak berspekulasi mengenai hal tersebut.

Keputusan masuknya bahasa Korea ke dalam kurikulum SMA dan SMK (yang belum saya ketahui apakah akan berlaku untuk daerah Jakarta saja atau untuk seluruh Indonesia) tentu memiliki konsekuensi yang besar. Yang paling dekat adalah kebutuhan akan buku teks dan pengajar. Berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk mengadakan buku teks? Siapa yang akan menjadi pengajar bahasa Korea? Apakah akan mengambil orang baru yang memang sudah menguasai bahasa Korea, atau akan mengambil guru di sekolah tersebut untuk kemudian ditraining bahasa Korea? Berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk mengadakan training bahasa tersebut? Siapa yang akan menjadi pelatihnya?

Kalau dari apa yang saya dengar, kemungkinan besar pengajarnya akan diambil dari guru di tiap sekolah untuk kemudian ditraining bahasa Korea selama enam bulan lalu dikembalikan ke sekolahnya untuk mengajar, lalu guru lain diambil untuk training dan enam bulan kemudian kembali ke sekolah sementara guru yang sudah mengajar sebelumnya kembali masuk training. Entah apakah saya salah mendengar atau tidak, tetapi kalau caranya benar seperti apa yang saya dengar itu, rasanya kok agak.... hmm. Bahasa Korea itu bukan sesuatu yang mudah, terlebih lagi kalau kita mempelajarinya saat sudah berumur. Bukannya tidak mungkin, bukan, tetapi bukankah umur memang mempengaruhi kecepatan seseorang dalam mempelajari bahasa? Dengan banyaknya lembaga kursus bahasa Korea di luar sana, bagaimana jika nanti ada murid yang sudah les bahasa Korea (misalnya) tingkat 6 di LBI FIB UI diajar oleh guru yang baru ditraining selama enam bulan? Pasti ada waktu tertentu di mana sang murid merasa lebih pandai dari sang guru, dan kalau hal itu dilanjutkan dengan hilangnya respek sang murid terhadap guru tersebut, wah...

Di sisi lain, jika Dinas Pendidikan memutuskan mengambil orang yang sudah bisa berbahasa Korea sebagai pengajar, itu akan menimbulkan masalah baru lagi. Tidak banyak orang yang mahir berbahasa Korea sekarang di Indonesia, lulusan program studi Korea (yang cuma ada tiga di Indonesia) pun tidak banyak. Terlebih lagi, orang-orang ini kan bukan pegawai negeri, lalu siapa nanti yang akan menggaji mereka, sementara sekolah kini tidak boleh memungut bayaran dari orang tua murid?

Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan saya di atas, kita harus mendukung keputusan masuknya bahasa Korea ke dalam kurikulum bahasa asing di SMA dan SMK. Tanpa bermaksud mendiskreditkan bahasa Jerman, Perancis, dan Jepang, saya rasa sudah waktunya bahasa-bahasa asing lain juga diperkenalkan di SMA. Saya bersyukur SMA saya dulu sudah memasukkan bahasa Mandarin ke dalam kurikulumnya (walaupun sekarang yang membekas di kepala saya hanya sekedar ni hao, wo de mingzi shi Annisa--halo, nama saya Annisa). Nah, kini sudah saatnya bahasa Korea juga masuk ke dalam kurikulum, mengingat Korea Selatan sekarang mulai menjadi kekuatan ekonomi yang penting bagi Indonesia.

Bagi teman-teman yang masih duduk di bangku SMA, SMK, bahkan SMP, berbahagialah. Bukan karena kalian jadi bisa mengerti apa yang dikatakan oppa-oppa dan noona-noona saat konser atau di variety show, aduh -_______-"  Tetapi karena kalian jadi berkesempatan mengetahui sisi lain Korea yang selama ini hanya terlihat bagian KPopnya saja. Mengapa Korea bisa tiba-tiba menjadi negara yang terhitung maju padahal merdekanya hanya dua hari lebih awal dari Indonesia dan pada tahun 1960an Korea merupakan negara termiskin di Asia. Tak lupa, apa udang di balik bakwan tiba-tiba Korea gencar membidik Indonesia *smirk*

Sebagai penutup, berbahagialah karena bahasa Korea hurufnya lebih mudah dari bahasa Mandarin dan bahasa Jepang. (Tetapi waspadalah karena tata bahasanya tidak lebih mudah dari bahasa Jepang)

Oh! Dan buku teksnya, saya harap Anda senang membacanya (dosen saya [dan saya] berusaha keras agar bahasanya masuk akal dan mudah dipahami ^^)

4 comments:

  1. antara mendukung tapi entah knp setengah hati juga .__.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mey, as there's no such free lunch in this world, pasti ada udang di balik bakwan ^^

      Delete
  2. Kumapsemida nanen Indonesia saram,oje hangguke nawasoyo 1999-2001, ancare.

    ReplyDelete
  3. saya pernah bekerja di Korea selatan 1999-2001, ya ada sedikit pengetahuan bahssanya sih?

    ReplyDelete